Sudah lama sekali mimin nggak posting apa-apa. Saking
sibuknya mencari pekerjaan mimin jadi lupa melakukan hal-hal yang dulu sering
dilakuin—nonton anime, baca novel dan lain-lain. Untung saja minggu lalu mimin
dan seorang teman sempat menyaksikan movie anime yang akan mimin review kali
ini. Yup, please welcome, Fate/Stay Night Heaven’s Feel II ~ lost butterfly!
Film kali ini merupakan lanjutan dari pertempuran
sebelumnya, dimana Shirou dan Saber akhirnya bertemu dengan Zouken beserta servant-nya, Hassan alias True Assassin.
Film kali ini lebih membahas tentang sisi gelap dari sang heroine di rute
cerita Heaven’s Feel, yaitu Sakura Matou. Sebelum mimin mulai, bagi yang belum
menonton seri-seri Fate/Stay Night sebelumnya, akan ada banyak spoiler bertebaran di review ini. Tapi,
kalo mau nekat baca ya nggak masalah, sih….
Pertama, mimin mau mulai dari grafik. Ya, kalian pasti sudah tahu saat ada logo ufotable dalam film ini, mimin bisa pastikan kita akan disuguhi dengan animasi yang memukau, dan mereka melakukannya di film ini. Dimulai dari adegan Shirou menemukan Sakura dan saat pertempuran antara Zouken melawan Ilya disuguhkan dengan kualitas apik dan detail yang sangat jelas. Namun, yang paling unik dari garapan ufotable kali ini adalah saat adegan Sakura “makan”. Pertama, terlihat Sakura berjalan ke dalam istana dan menikmati berbagai permen, ditemani dengan boneka-boneka yang imut nan lucu. Jujur, mimin sedikit merasa aneh sampai mimin bisik-bisik sama temen, “Eh, ini film action atau Disney, sih?”. Namun, setelah Gilgamesh berhasil menemukan Sakura, betapa kagetnya mimin bahwa Sakura yang berada di istana tadi hanyalah imajinasi dalam pikirannya saat menikmati potongan daging tubuh manusia
Pertama, mimin mau mulai dari grafik. Ya, kalian pasti sudah tahu saat ada logo ufotable dalam film ini, mimin bisa pastikan kita akan disuguhi dengan animasi yang memukau, dan mereka melakukannya di film ini. Dimulai dari adegan Shirou menemukan Sakura dan saat pertempuran antara Zouken melawan Ilya disuguhkan dengan kualitas apik dan detail yang sangat jelas. Namun, yang paling unik dari garapan ufotable kali ini adalah saat adegan Sakura “makan”. Pertama, terlihat Sakura berjalan ke dalam istana dan menikmati berbagai permen, ditemani dengan boneka-boneka yang imut nan lucu. Jujur, mimin sedikit merasa aneh sampai mimin bisik-bisik sama temen, “Eh, ini film action atau Disney, sih?”. Namun, setelah Gilgamesh berhasil menemukan Sakura, betapa kagetnya mimin bahwa Sakura yang berada di istana tadi hanyalah imajinasi dalam pikirannya saat menikmati potongan daging tubuh manusia
Sekarang, kita ke musik! Lagi-lagi, penyanyi favorit
mimin, Aimer mengisi theme song untuk film ini dengan judul “I beg you”. Sama
seperti theme song film pertamanya, ada kesan kegelapan yang digemakan musik
Aimer, menggambarkan alur cerita Heaven’s Feel yang gelap dan penuh dengan
darah. Untuk score-nya sendiri,
semuanya melengkapi setiap adegan dengan baik. Ada di satu adegan dimana masih
terdengar nada dari lagu “THIS ILLUSION”, lagu tema Fate/Stay Night, memberikan
kita sedikit rasa nostalgia pada seri-seri sebelumnya.
Dan, kita mulai ke bagian yang paling vital, plot
cerita! Sesuai dengan visual novel-nya, Sakura Matou berperan sebagai heroine
di rute Heaven’s Feel dan pokok cerita dari alur ini adalah keputusab Shirou
Emiya antara kenyataan atau idealisme. Plus, yang membuat plot ini berbeda
adalah Zouken Matou yang memutuskan untuk ikut bagian dalam perang cawan suci
kali ini. Jadi, servant class Assassin yang asli hanya keluar di alur ini.
Sepanjang film, kita disuguhkan bagaimana situasi yang melanda Shirou beserta master
lainnya. Di film ini, akhirnya terbongkar bahwa master asli dari servant class
Rider adalah Sakura Matou. Ia dipaksa untuk memberikan perintah agar mematuhi
perintah Shinji, kakak tirinya.
Di alur ini pula Rin Tohsaka membongkar rahasia bahwa
Sakura (Tohsaka) Matou adalah adik kandungnya saat Shirou dan yang lain berada
di gereja Kotomine. Sakura dibuang karena syarat keluarga Tohsaka yang
mengharuskan hanya satu orang yang boleh menjadi penerus keluarga penyihir
Tohsaka. Rin pun tidak segan akan membunuh Sakura karena sihir kuat nan jahat
yang dimilikinya. Namun, Shirou bersikeras untuk menjaga Sakura. Berbeda dengan
alur yang lain, di alur ini kita bisa melihat Sakura yang selalu—maaf—sange
saat berada di rumah Shirou dan mengajaknya berhubungan badan (mungkin akan
mimin bahas lebih mendalam di postingan berikutnya). Singkat hingga akhir
cerita, terungkap sebuah fakta bahwa Sakura adalah gerbang bagi datangnya cawan
suci dan bayangan yang ada dalam tubuh Sakura perlahan mulai “mengonsumsi”
manusia-manusia lain.
Jujur, dibandingkan alur cerita yang lainnya, Heaven’s
Feel lebih memberikan kita rasa sedih, takut, dan kegelapan yang sebenarnya,
berbanding terbalik dengan alur Fate dan Unlimited Blade Works yang
menggambarkan sosok Shirou yang dengan keras kepalanya ingin menjadi Pahlawan,
ideal yang diinginkan oleh seorang Emiya Kiritsugu. Namun, di rute ini, Shirou
dengan terpaksa mengingkari janjinya demi nelindungi Sakura, wanita yang
dicintainya yang sudah dinodai berkali-kali. Belum lagi, urutan
kronologi cerita yang seharusnya berurutan di rute Fate dan UBW menjadi hancur
di rute ini. Sebut saja tidak ada pertarungan melawan Caster, Lancer atau
Berserker yang telah diambil alih oleh Zouken. Belum lagi, Saber diambil dari
Shirou. Yang lebih luar biasanya lagi, Gilgamesh harus mati dengan mudahnya di
tangan Sakura yang dikuasai bayangannya. Menurut mimin, ini adalah progress
cerita yang luar biasa, dimana kita disuguhkan plot cerita yang sangat berbeda
dibandingkan dua alur lainnya.
Terakhir, karakter! Ya, mimin akui perkembangan
karakter Shirou yang paling terasa adalah di seri UBW. Di seri ini sendiri,
Shirou memilih untuk menjadi sedikit “egois” dengan perasaannya, dimana ia mau
melindungi Sakura dibandingkan menjadi Pahlawan. Ia bahkan tidak tega untuk
menghunuskan pisau pada Sakura yang sedang tertidur. Ya, mimin bisa bilang di
seri ini ia lebih “bucin” dibandingkan seri-seri lainnya. Tapi, entah kenapa
mimin menaruh simpati yang begitu besar dibandingkan si jago pedang yang suka
makan dan si Tsundere in Twintail (chill bro Saber & Rin juga waifu favorit
aku kok). Kita bisa melihat bagaimana ia menjalani penderitaan hidup seorang
diri. Dibuang oleh keluarganya, tak dihiraukan oleh sang kakak, dijadikan
eksperimen sang kakek tiri dan menjadi bahan pelampiasan seksual sang kakak
tiri membuat Sakura sebagai pribadi yang “kurang” akan kasih sayang. Hanya
Shirou Emiya-lah yang ia bisa jadikan tempat untuk ia bersandar. Bahkan, mimin
tidak heran jika Sakura meminta Shirou untuk berhubungan badan dengannya.
Yup, mungkin sekian dari review kali ini. Untuk film ini mimin kasih nilai 82 dari 100 aja deh. Grafik memukau dengan jalan cerita yang mengejutkan, namun dengan pengembangan karakter yang tidak begitu terasa. Sekian dan sampai jumpa di artikel berikutnya! Hehehehehe….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar